Sabtu, 06 Juni 2009

PENTINGNYA VITAMIN DALAM RANSUM IKAN

Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi budidaya ikan secara intensif adalah dengan pemberian pakan buatan yang sesuai dengan kebutuhan ikan, karena pakan alami sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan energi dan nutrien untuk hidup pokok dan pertumbuhan. Untuk itu, pakan buatan harus mengandung nutrien, yaitu zat penghasil energi (Protein, lemak dan karbohidrat) dan zat pengatur pertumbuhan (air, vitamin dan mineral). Keberadaan substansi dalam pakan yang dapat menunjukkan beberapa gejala klinis berupa kekurangan vitamin sudah mulai diketahui sejak tiga ratusan tahun yang lalu. Gejala yang sama dapat terjadi pada hewan-hewan peliharaan yang ditunjukkan secara nyata sebagai akibat dari kekurangan nutrisi yang spesifik. Teori tentang vitamin ini kemudian diusulkan untuk menjelaskan aksi dari beberapa substansi karena adanya unsur nitrogen yang mengandung grup amina. Selanjutnya, terlihat bahwa tidak semua vitamin mengandung grup amina sehingga namanya diubah menjadi vitamin, seperti yang saat ini digunakan. Menurut definisi, vitamin adalah sekelompok komponen organik yang dalam jumlah kecil diperlukan dalam makanan, namun sangat penting untuk reaksi-reaksi metabolik dalam sel serta diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang normal dan untuk pemeliharaan kesehatan. Vitamin-vitamin pada umumnya tidak memerlukan proses absorbsi melainkan dapat diabsorpsi secara keseluruhan oleh usus halus. Selain sebagai koenzim, vitamin juga sering disebut sebagai faktor pelengkap makanan, karena vitamin pada kenyataannya tidak mensuplai kalori dan juga tidak mempengaruhi massa tubuh secara nyata. Vitamin-vitamin mempunyai fungsi yang berbeda untuk berbagai spesies hewan. Fungsi utama vitamin antara lain untuk mengatur metabolisme, membantu mengkonversi lemak dan karbohidrat menjadi energi, juga berfungsi membantu dalam pembentukan tulang dan jaringan-jaringan tubuh. Tubuh tidak mampu mensintesis vitamin, oleh karena itu vitamin harus disuplementasikan dalam makanan. Beberapa vitamin tertentu seperti vitamin K, thiamin, folacin dan vitamin B12 pada batas-batas tertentu dapat disintesis oleh mikro organisme dalam saluran pencernaan. Demikian juga halnya dengan vitamin A, choline dan niacin dapat dibentuk dalam tubuh jika tersedia prekursor dalam tubuh atau dalam makanan. Sedangkan vitamin D dapat disintesis kulit melalui bantuan sinar ultraviolet. Untuk itu diperlukan vitamin yang lengkap dalam ransum ikan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan yang optimal.

Baca Selengkapnya......

PERAN DAN KEBUTUHAN VITAMIN C BAGI IKAN

Telah banyak penelitian tentang peranan dan kebutuhan vitamin C pada ikan seperti halnya untuk meningkatkan pertumbuhan, mengatasi stress, meningkatkan reproduksi dan meningkatkan imunitas terhadap serangan penyakit. Vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil bagi sejumlah fungsi biokimia dan umumnya tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan. Kebutuhan dalam peran aktif kecil jumlahnya, namun kekurangan atau tanpa salah satu jenis vitamin akan besar pengaruhnya terhadap ikan karena setiap jenis vitamin mempunyai peranan berbeda, misalnya vitamin C sangat dibutuhkan untuk hidroksilasi proline dan lisin dalam pembentukan kolagen.Vitamin C sangat penting untuk proses metabolisme normal sel. Beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa suplementasi vitamin C dalam ransum telah memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan kelangsungan hidup. Dalam metabolisme, vitamin C berperan sebagai kofaktor reaksi-reaksi hidroksilasi dalam sel, agen reaksi redoks, anti oksidan, lipolisis dan lipogenesis. Namun ikan tidak mampu mensintesis vitamin C disebabkan tidak tersedianya L-gulunolakton, sebagai reaksi tahap akhir sintesis vitamin C, sehingga untuk mencukupi kebutuhan vitamin C dalam menjaga fungsi normal sel dibutuhkan suplementasi vitamin C dari luar tubuh. Vitamin C penting bagi pertumbuhan ikan, karena berperan dalam banyak metabolisme tubuh. Pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan dijelaskan oleh Masumoto et al (1991) berkaitan dengan pembentukan kolagen pada ikan. Pembentukan kolagen penting untuk pertumbuhan normal ikan karena kolagen merupakan komponen utama pada matriks tulang. Vitamin C diserap dengan cepat pada jaringan dimana kolagen dibentuk, yaitu di kulit, sirip punggung, tulang rawan mulut, kepala, rahang, tulang rawan penunjang insang dan tulang ikan. Peranan vitamin C dalam sintesis kolagen dimulai dari proses hidrolsilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin. Kedua asam amino ini merupakan komponen utama dalam formulasi kolagen. Dalam prosesnya melibatkan enzim prolil lisil hidroksilase, oksigen, ion fero, -ketoglutarat dan vitamin C. Peranan utama vitamin C pada reaksi ini adalah untuk merubah feri (Fe3+) menjadi fero (Fe2+) atau untuk mempertahankan bentuk ion fero. Pembentukan kolagen yang optimal sangat ditentukan oleh cukup tidaknya kadar vitamin C dalam pakan. Kanawaza et al (1992) menunjukkan bahwa penambahan APM (L-ascorbyl-2-phosphate magnesium) sebanyak 3-6 gram/kg pakan memberikan pertumbuhan terbaik dan dapat mencegah terjadinya gejala defisiensi pada ikan yellowtail (Seriola quingueradiata). Percobaan yang dilakukan Nuranto (1991) menunjukkan bahwa pada ikan lele dengan panjang 7-8 cm membutuhkan kadar vitamin C dalam pakan sebanyak 100 mg/kg pakan. Sedangkan kadar vitamin 25 mg/kg pakan memperlihatkan gejala defisiensi. Percobaan Subyakto (2000) menunjukkan bahwa kadar APM 25 mg/kg pakan memberikan pertumbuhan terbaik juvenil kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Sedangkan untuk pertumbuhan optimal channel catfish (Clarias gariepinus) dibutuhkan kadar vitamin C (ascorbyl-phosphate ester) sebesar 25 mg/kg pakan (Merchi et al, 1997). Selain itu, penambahan (enrichment) vitamin C juga bisa dilakukan terhadap pakan alami. Penambahan vitamin C pada pakan alami (Daphnia sp) dengan 2.0 g/l ascorbic acid-ethyl cellulose memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik bagi ikan. Seperti halnya yang telah dilakukan oleh Kemala (2003) terhadap benih ikan gurame yang berumur satu hari.

Baca Selengkapnya......

PENGARUH STRES TERHADAP NAFSU MAKAN IKAN (FOOD INTAKE)

Stress pada ikan bisa disebabkan oleh faktor lingkungan (pH, Tinggi amoniak, rendahnya DO, dsb), Kepadatan, penanganan dan lain-lain. Salah satu pendekatan yang bisa dilihat pada tubuh ikan saat stress adalah perubahan turun naiknya kadar glukosa darah sehingga menurunkan nafsu makan ikan tersebut.Mekanisme terjadinya perubahan kadar glukosa darah selama stress dimulai dari diterimanya informasi penyebab faktor stress oleh organ reseptor. Selanjutnya informasi tersebut disampaikan ke otak bagian hipotalamus melalui sistem syaraf. Kemudian hipotalamus memerintahkan sel kromafin untuk mensekresikan hormon katekolamin melalui serabut syaraf simpatik. Adanya katekolamin ini akan mengaktivasi enzim­-enzim yang terlibat dalam katabolisme simpanan glikogen, sehingga kadar glukosa darah mengalami peningkatan. Pada saat yang bersamaan hipotalamus otak mensekresikan CRF (corticoid releasing factor) yang meregulasi kelenjer pituitari untuk mensekresikan ACTH (adreno corticotropic hormone). Hormon tersebut akan direspon oleh sel interenal dengan mensekresikan kortisol.Rasa lapar kenyang terjadi karena adanya informasi pusat syaraf yang berasal dari central origin. Naik turunnya kadar glukosa mengindikasikan bahwa ikan tersebut lapar/kenyang. Naiknya glukosa darah menandakan bahwa ikan sedang kenyang, dengan arti lain nafsu makan berkurang karena energi yang dibutuhkan oleh tubuh terpenuhi. Begitu juga sebaliknya saat kadar glukosa darah turun, maka ikan akan merasa lapar sehingga diperlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan energinya.Sementara pada saat ikan stress kadar glukosa terus naik untuk mengatasi homeostasis akibat stress terhadap perubahan fisiologis. Hiperglisemia akan berakibat buruk bagi ikan. Ini berawal dari naiknya kadar kartisol dalam darah akibat stress yang akan memobilisasi glukosa dari cadangan yang disimpan oleh tubuh ke dalam darah, sehingga glukosa dalam darah mengalami kenaikan. Naiknya kadar glukosa darah tersebut dibutuhkan untuk proses memperbaiki homeostasis selama stress, namun kebutuhan energi dari glukosa tersebut akan dapat terpenuhi apabila glukosa dalam darah dapat segera masuk ke dalam sel, dan ini sangat bergantung pada kinerja insulin.
Naiknya kadar kortisol akan mengurangi kerja insulin di dalam darah. Saat stress dengan berkurangnya insulin maka kadar glukosa darah terus meningkat karena keterbatasan insulin yang memobilisasi glukosa darah ke dalam sel semakin lambat. Dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah tersebut maka sinyal dari pusat syaraf menandakan bahwa ikan merasa kenyang, dan ikan tidak mau makan.

Baca Selengkapnya......

MENGENAL LOGAM BERAT DI PERAIRAN


Istilah logam biasanya diberikan kepada semua unsur-unsur kimia dengan ketentuan atau kaidah-kaidah tertentu. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar, tidak selalu berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair. Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Diantara logam-logam tersebut ada yang bersifat essensial dan ada yang bersifat toksik. Sebagai contoh, bila unsur logam besi masuk kedalam tubuh, meski dalam jumlah agak berlebihan, biasanya tidak menimbulkan pengaruh buruk terhadap tubuh. Sedangkan logam seperti Hg dan Pb masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai macam jenis penyakit seperti kerusakan syaraf, kelumpuhan, sistem refroduksi terganggu dan masih banyak efek lain yang di timbulkannya.Logam berat biasanya bersifat toksik (racun) dan erat hubungannya dengan pencemaran lingkungan. Perkembangan yang pesat dari toksikologi dan semakin luasnya bidang pembahasan telah menyebabkan ilmu ini kemudian terpecah-pecah lagi menjadi tiga sub bidang ilmu, yaitu :
1. Forensiks toksikologi, yaitu suatu pembahasan yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan aspek pengobatan dari keracunan yang terjadi pada manusia

2. Toksikologi ekonomi, yaitu suatu pembahasan toksikologi yang menjurus pada efek-efek berbahaya dari substansi-substansi khusus yang berhubungan dengan kebutuhan manusia, seperti bahan pengawet makanan dan pestisida

3. Toksikologi lingkungan, yaitu pembahasan khusus toksikologi terhadap buangan berbahaya yang masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan hidup yang di duga dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia.
Logam berat pada umumnya banyak berasal dari aktivitas industri yang di buang begitu saja ke perairan. Punahnya populasi ikan di duga akibat adanya logam berat yang mulai mendominasi perairan-perairan di Indonesia. Sebagai contoh adalah terjadinya peningkatan kadar merkuri (Hg) di perairan Teluk Jakarta. Peningkatan kadar merkuri dalam perairan Teluk Jakarta itu telah meninggalkan bekas bagi masyarakat Teluk Jakarta. Tercatat satu orang telah meninggal dan beberapa orang lainnya mengalami kelumpuhan, lidah kelu, dan sama sekali tidak memiliki daya. Penyakit itu nyaris sama dengan penyakit yang timbul di Teluk Minamata di Jepang pada tahun 1950-an. (Sumber: Pencemaran Lingkungan, Tresna Sastrawijaya, 1991).Logam berat seperti Zn (seng),Cu (tembaga), Cd (kadmium), Pb (plumbum), Hg (merkuri), As (Arsen) dan Cr (kromium) akan sulit terlarut dalam kondisi perairan yang anoksik. Logam berat yang terlarut dalam air akan berpindah ke dalam sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau materi organik yang melapisi permukaan sedimen, dan penyerapan langsung oleh permukaan partikel sedimen. Dan untuk menguji suatu kandungan logam berat di perairan perlu dilakukan penelitian yang lebih spesifik. Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat dipakai sebagai indikator pencemaran logam berat, yaitu air, sedimen dan organisme hidup. Pemakaian organisme laut sebagai indikator pencemaran didasarkan pada kenyataan bahwa alam atau lingkungan yang tidak tercemar akan ditandai oleh kondisi biologi yang seimbang dan mengandung kehidupan yang beranekaragam. Terdapat beberapa pengaruh toksisitas logam pada ikan, pertama pengaruh toksisitas logam pada insang. Insang selain sebagai alat pernafasan juga digunakan sebagai alat pengaturan tekanan antara air dan dalam tubuh ikan (osmoregulasi). Oleh sebab itu insang merupakan organ yang penting pada ikan dan sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logam.

Baca Selengkapnya......

PERAN BAKTERI DALAM STRATEGI MANAJEMEN SISTEM AKUAKULTUR


Pemberian makanan dengan kandungan protein yang tinggi akan dapat meningkatkan pertumbuhan yang optimum. Semakin tinggi pemberian kadar protein maka buangan dari feses atau pakan yang tidak dimakan akan menjadi amoniak dengan kadar nitrogen yang tinggi pula. Jika ini tidak bisa dikontrol dengan baik maka akan menyebabkan kualitas perairan terganggu dan akhirnya akan mengganggu metabolisme sehingga pertumbuhan malah makin menurun.Dengan pengaturan dan pengendalian pemanfaatan sisa pakan (bahan organic) oleh bakteri heterotrop, bakteri nitrifying (Nitrosomonas dan nitrobacter) dan fhitoplankton maka pemberian pakan dengan kadar protein tinggi tetap bisa diberikan tanpa perlu melakukan water exchange. Untuk itu C:N rasio harus bisa seimbang dan dapat dikendalikan secara optimum didalam perairan sebagai tindak lanjut untuk menjaga kualitas air.Amoniak yang keluar dari feses ataupun pakan yang tidak termanfaatkan akan banyak mengandung nitrogen. Sementara nitrogen baru bisa dimanfaatkan setelah mengalami fiksasi menjadi nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan ammonium (NH4+).(NO2), (NO3) dan (NH4+) akan dimanfaatkan oleh bakteri heterotrop, bakteri nitrifying dan fhitoplankton sebagai sumber energi untuk melakukan dekomposisi didalam perairan. Heterotrop merupakan pengurai yang paling bagus dibandingkan dengan bakteri nitrosomonas.

Baca Selengkapnya......

PERAN KROMIUM TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN

Pertambahan biomassa ikan sangat bergantung kepada energi yang tersedia dan cara pemanfaatannya di dalam tubuh ikan. Energi yang murah dan ramah lingkungan saat ini adalah pemanfaatan karbohidrat yang efisien sehingga penggunaan protein bisa maksimal didalam tubuh. Tidak efektifnya karbohidrat menjadi bahan bakar (glukosa) disebabkan rendahnya aktifitas hormon yang berkaitan dalam pengaturan kadar glukosa yaitu hormon insulin. Untuk mengatasinya diperlukan imbangan kalori protein yang memadai agar tidak mengganggu protein dalam pakan dan meningkatkan aktifitas hormon insulin dengan cara meningkatkan kandungan mikronutrien yaitu kromium.Kromium sebagai mikronutrien, mempunyai peran utama dalam interaksi antara insulin dan sel reseptor yang hadir bersama sebagai senyawa komplek yang disebut Glukosa Tolerance Faktor (GTF). GTF memacu aktifitas insulin, membawa banyak glukosa ke dalam sel. Sel-sel akan mengubah glukosa menjadi energi. Tambahan energi ini sebagai sumber energi untuk sintesis protein, pertumbuhan jaringan tubuh, pemeliharaan sel dan peningkatan fertilitas. Kromium, sebagaimana mikromineral essensial lainnya, memiliki nilai kisaran tertentu agar berfungsi secara optimum .Peningkatan aktifitas insulin yang berkaitan dengan naiknya sensitivitas maupun kuantitas reseptor insulin akan mempercepat aliran glukosa darah ke dalam sel target untuk segera dimanfaatkan. Pemanfaatan glukosa darah yang semakin cepat untuk pemenuhan kebutuhan energi akan mempengaruhi katabolisme protein untuk energi sehingga menaikkan efisiensi penggunaan protein. Naiknya efisiensi penggunaan protein diharapkan akan meningkatkan deposisi protein tubuh, yang berarti pertambahan bobot atau terjadinya pertumbuhan. Defisiensi kromium telah dibuktikan pada beberapa spesies hewan dan manusia. Pada tikus tanda-tanda awal defisiensi kromium adalah terganggunya toleransi glukosa (Glukosa Tolerance). Defisiensi yang lebih parah akan mengakibatkan pertumbuhan terganggu, hyperglycemia dan meningkatnya kadar kholesterol dalam serum. Xi et al, (2001) melaporkan bahwa suplementasi Cr-organik dalam bentuk kromium pikolinat (Cr-Pic) dapat meningkatkan persentase jaringan rendah lemak dalam karkas babi. Selanjutnya dijelaskan bahwa peningkatan retensi protein babi yang diberi pakan mengandung Cr-Pic karena peningkatan pengambilan asam amino oleh sel-sel otot untuk sintesis protein, dan berkaitan dengan penurunan kadar kartisol serta peningkatan kandungan insulin-like growth faktor-I (IGF-I) yang menyebabkan peningkatan retensi protein. Adanya kromium dalam darah menyebabkan glukosa dapat segera dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk memenuhi kebutuhan energi metabolisme sehingga sejumlah protein tertentu dapat dimanfaatkan lebih efisien untuk pertumbuhan tanpa harus mengubahnya menjadi energi malalui katabolisme. Hal ini berarti bahwa kromium mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan protein pakan atau meningkatkan deposisi protein tubuh untuk pertumbuhan.Beberapa penelitian dengan menambahkan kromium ke dalam pakan dapat meningkatkan pemanfaatan glukosa, menghambat glukoneogenesis, mencegah stress dan meningkatkan pertumbuhan ikan. Dalam paper ini akan dibahas bagaimana makanisme kromium dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan (diambil dari jurnal Shiau et al, 1998 dan Shiau et al, 2003).

Baca Selengkapnya......